Rabu, 10 November 2010

DA’WAH MELALUI PEMBERDAYAAN EKONOMI UMMAT


Oleh: Imam Saridho, S.Sos.I
A.    PENDAHULUAN
Islam KTP.  Itulah sebuah judul film yang akan tayang menjelang ramadhan tahun 2010 ini di sebuah stasiun TV swasta. Istilah itu tidaklah asing ditelinga kita semua, yang mempunyai makna bahwa orang ber-Islam hanya sebatas KTP saja, tanpa ada nilai-nilai dan aplikasi ke-Islaman yang dilaksanakan. Sehingga, Islam hanya sekedar tulisan tanpa makna pada KTP. Istilah Islam KTP sebenarnya merupakan gambaran nyata kebanyakan masyarakat Indonesia, dimana Islam di Indonesia adalah terbesar di dunia dari segi kuantitas namun minim dari segi kwalitas Islam Kaffah.
Istilah Islam KTP mungkin saja “metamorfosa” dari dari Islam abangan yang istilah tersebut ditelurkan oleh orientalis barat Snouck hurgronje. Kedua istilah ini ada kesamaan makna yaitu Orang ber-Islam hanya sebatas simbol saja, tanpa ada pelaksanaan nilai-nilai Islam itu sendiri. Hal ini (baca: Islam KTP) tentunya menjadi PR besar bagi seorang da’i agar terus berda’wah, untuk menjadikan mereka tahu, faham dan melaksanakan ajaran Islam secara kaffah. Tidak mudah memang, perlu perjungan yang panjang. Istilah-istilah diatas bukanlah satu-satunya tantangan yang akan dihadapi seorang da’i, masih banyak banyak problematika dilapangan.
Pengangguran yang berdampak pada kemiskinan, itu juga menjadi masalah. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) Jumlah penganggur terbuka Februari 2010 sebanyak 8,59 juta orang (7,41 persen). Untuk pengangguran terselubung pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8 jam sekitar 1,48 juta orang (1,38 persen). Sedangkan untuk jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen) dari seluruh penduduk Indonesia.[1] Masih cukup tingginya angka pengangguran dan kemiskinan akan memicu (walaupun tidak seluruhnya) kepada kekafiran. Sebuah hadits menyebutkan: kefakikaran akan membuat kekufuran. Syaikh Al-Bani mengomentari hadits tersebut dalam  السلسلة الضعيفة والموضوعة (77/9) sebagai hadits yang dhaif.[2] Tetapi paling tidak, kemiskinan-kemiskinan yang terjadi jika dibiarkan dan tidak segera diantisipasi dengan keilmuan dan bantuan, maka cepat atau lambat kekufuranlah yang akan terjadi. Sebagai contoh adalah merebaknya kristenisasi yang saat ini marak terjadi dimana-mana. Satu diantara sekian banyak penyebabnya adalah faktor kemiskinan.
Dalam istilah lain, dua problem diatas disebut sebagai kemiskinan ekonomi dan kemiskinan rohani. Kemiskinan adalah kemiskinan karena ketiadaan materi. Sementara kemiskinan rohani adalah kemiskinan karena ketiadaan iman, akhlak, dan ilmu pengetahuan. Dan kemiskinan yang kedua inilah yang sangat mengkhwatirkan.[3]
Oleh karena itu seyogyanya seoprang da’i selain dituntut tafaqquh fiddin (faham agama) juga tafqquh fil maal (faham perekonomian). Selain dapat mencerahkan mad’u dengan ceramah, tulisan dan khutbahnya, juga dapat memberikan jalan keluar terhadap kesulitan ekonomi yang dihadapi mad’u. Seorang da’i juga dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam berda’wah. Bentuk kreatifitas dan inovasi da’wah adalah mendirikan BMT, pengelolaan ZIS, penciptaan lapangan pekerjaan/ wirausaha, dan lain-lain.

B.     SOLUSI PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT
1.      Bait Al-Mal wa Al-Tamwil  (BMT)
Bait Al-Mal wa Al-Tamwil yaitu suatu lembaga keuangan yang dengan sengaja dibentuk untuk membiayai bidang usaha ekonomi lemah atau menumbuhkan kewiraswastaan, kewirausahaan (entrepreneurship) dikalangan kaum muslimin yang saat ini amat sangat ketinggalan dibandingkan dengan pengusaha lain yang non muslim.[4] Kenapa harus BMT? Menurut ketua Asosiasi BMT se-indonesia dan Masyarakat Ekonomi Syariah (ASBINDO dan MES) Aries Muftie, bahwa negara-negara berkembang seperti Bangladesh, Filipina, Pakistan dan Sudan lembaga keuangan mikro berkembang pesat dan digunakan sebagai alat mengentaskan kemiskinan. Maka syogyanyapun BMT sebagai keuangan mikro diharapkan mampu mengentaskan kemiskinan di Indonesia.[5]
Menurut DR. M Abdurrahman, M.A, bahwa penduduk Indonesia adalah kaum muslimin yang secara geografis kurang lebih 27 juta jiwa masih dibawah garis kemiskinan termasuk didalamnya yang masih tingkat prasejahtera yang jumlahnya sekitar 11 juta jiwa. Jumlah yang amat banyak tersebut, jika dilihat dari sudut aqidah akan sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan konversi agama. Oleh karena itulah BMT sebagai lembaga mikro  berdasarkan prinsip kemitraan, “bebas riba” yang sasarannya adalah orang yang tidak mampu, dan ini menjadi kesempatan yang amat baik buat mereka untuk aman lepas dari belenggu kemiskinan tanpa harus menggadaikan aqidah.[6]
2.      Pengelolaan ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqoh)
ZIS (Zakat Infaq dan shodaqoh) merupakan 3 hal yang hampir serupa tapi sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda.
Zakat secara bahasa suci dan subur, sedang menurut istilah syara’ ialah kadar yang diberikan kepada yang berhak menerima dengan beberapa syarat. Contohnya adalah zakat fitrah dan zakat mal.[7]
Infaq adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang baik yang sunnah maupun yang wajib. Yang sunnah adalah yang tidak ditentukan nilainya, sasarannya dan waktu. Seseorang dapat berinfaq kapan saja, dimana saja dan besarannyapun berapa saja, begitu juga sasarannya tidak ditentukan secara speseifik tetapi lebih fleksibel. Misalnya kotak amal yang terdapat di masjid-masjid dan lain-lain. Sementara yang wajib adalah yang ditentukan nilainya (2,5%, 5%, 10% atau 20%, dan lain-lain) diantara infaq yang wajib adalah zakat.
Shadaqah adalah sesuatu yang diberikan oleh seorang dapat berbentuk materi misalnya uang atau barang, atau pun non materi misalnya senyum, seperti yang dtegaskan oleh Rasulullah saw.[8]
Jika zakat, infaq dan shodaqoh dikelola dengan baik dan professional, maka akan dapat membantu kaum dhuafa’, anak yatim dan mengentaskan kemiskinan. Hal ini dapat kita lihat dari mustahik (yang berhak menerima) zakat diantaranya ada 8 ashnaf yang terdapat dalam Surat At-Taubah; 60, yaitu:
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(At-Taubah; 60)

Dalam hal pendistribusian zakat, sebagaimana tercantum pada ayat diatas, Nampak adanya pos-pos yang termasuk kepentingan bersifat umum yaitu;
pertama, memenuhi kebutuhan yang kesulitan hidup, yang meliputi orang fakir, miskin, budak-budak dan orang yang berhutang.
Kedua, untuk membela agama Allah swt, menjunjung tinggi agama dengan melaksanakan jihad dijalan-Nya.
Ketiga, untuk menjinakkan orang yang lemah iman serta memberikan imbalan kepada panitia sebagai imbalan atas jasa mereka, disamping untuk menjaga keinginan mereka terhadap harta milik orang lain.[9]
Menurut Dr. Didin Hafidudin, M.Sc. selain manfaat didapat oleh penerima ZIS, juga teramat bermanfaat bagi orang yang berzakat, berinfaq dan bershodaqoh, antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT., mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlaq mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki (perhatikan QS. 9:103; 30:39; 14:7)
b. Karena zakat merupakan hak bagi mustahiq, maka berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka, terutama golongan fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT., terhindar dari bahaya kekufuran sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika melihat golongan kaya yang berkecukupan hidupnya.
c. Sebagai pilar amal jama'i antara kelompok aghniya'  dengan para mujahid yang seluruh waktunya dipergunakan untuk berjuang di jalan Allah SWT., sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafakah diri dan keluarganya (perhatikan QS. 2:273).
d. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam.
e. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan diterima dari harta yang didapatkan dengan cara yang batil.[10]

3.      Penciptaan lapangan kerja
Semenjak krisis moneter, banyak orang yang di PHK yang mengakibatkan pengangguran yang besar. Hal ini terjadi pada hampir semua lulusan, baik lulusan SD, SMP, SMU dan sarjana. Mereka banyak menggantungkan kehidupan kepada perusahaan-perusahaan asing di Indonesia yang telah banyak gulung tikar, sehingga merekapun tidak dapat bekerja lagi. Selain itu, fenomena yang terjadi adalah banyaknya rakyat Indonesia yang berkerja di luar negeri yang hanya menjadi TKI/ TKW, sedangkan banyak orang luar negeri seperti orang China dan Jepang yang datang ke Indonesia untuk menjadi “Big Bos” dan lagi-lagi orang-orang Indonesia juga yang menjadi pekerjanya. Artinya kreatifitas kita sebagai rakyat indonesia tidak berkembang. Keratifitas, Inovatif dan berani berkarya inilah yang harus selalu dipupuk sehingga dimanapun orang Indonesia tidak selalu menjadi kuli, pembantu dan tenaga kasar. Agar kita dan terutama negara kita tidak menjadi “Negara Kuli”.
Dunia keirausahaan yang kreatifitas dan inovatif perlu ditumbuh kembangkan untuk membantu dan memberdayakan mad’u. Wirausaha merupakan proses kemandirian seseorang didalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-harinya dengan berbasis pada proses usaha yang diciptakannya.[11] Jika kita mampu menciptakan usaha sendiri dan berkembang, secara otomatis kita akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan itu artinya kita membantu orang lain. Sebut saja salah seorang da’i juga seorang entrepreneur di Indonesia, yaitu Aa Gym. Pola yang selalu digaungkan Aa Gym adalah Manajemen Qolbu (MQ) sampai sejauh ini telah menghasilkan SDM yang unggul, hal ini terbukti dari berkembangnya perekonomian di lingkungan Daarut Tauhid dan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadapnya, diantaranya dengan kepercayaan untuk mengadakan pelatihan dan pendidikan manajemen untuk para eksekutif di PT Telkom, BNI, IPTN dan PT Kereta Api Indonesia. Mereka tertarik dengan konsep manajemen Daarut Tauhid karena diyakini mampu meningkatkan etos kerja dan menurunkan tingkat penyelewengan kerja, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).[12]
Sebelum Aa Gym dan orang-orang yang sukses berjaya, jauh-jauh hari Rasulullah telah sukses dengan wirausaha, Rasulullah adalah sosok wirausahawan ulung, pada usia 12 tahun beliau sudah berbisnis internasional. Pun demikian sahabat Abdurrahaman bin Auf, Utsman bin Affan. Semangat inilah yang harus kita serap sebagai generasi yang mengikuti Rasulullah, yang tidak hanya pada amalan aqidah dan ibadah, akan tetapi dari sosok entrepreneur-nya pun kita ikuti.[13]
C.    FASE PEMBINAAN
Setelah diuraikan beberapa problematika yang dihadapi seorang da’i yaitu kemiskinan ekonomi dan kemiskinan rohani, kemudian beberapa solusi dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi. Sekarang adalah fase pembinaan aqidah, ibadah dan akhlak mad’u yang telah direkrut dan diberdayakan dengan ekonomi.
Pada fase ini menjadi fase paling penting, karena di fase inilah da’wah sebenarnya ditegakkan. Adapun fase ini dapat dilakukan yaitu antara lain melalui pendidikan, membaca dan ta’lim rutin. Dengan seringnya mereka mengikuti kegiatan da’wah yang diadakan diharapkan mad’u tersebut menjadi shohih aqidahnya, baik akhlaknya dan benar ibadahnya. Dan inilah sesungguhnya tujuan da’wah yaitu mewujudkan Islam di bumi ini, menegakkan hak-hak uluhiyyah di alam nyata, menjadikan manusia berada di jalan yang diridhoi Alloh Subhanahu wa Ta`ala, merubah seluruh aspek kehidupan manusia dari kehidupan jahiliyah menuju kehidupan Islamiyah.[14]

F. PENUTUP
Tantangan yang dihadapi kaum muslimin baik dari intern maupun ekstern luar biasa dahsyat, ditambah dengan era terknologi informasi yang super canggih, dan globalisasi yang tak terbendung.  Da’i selain harus faham ilmu agama yang shohih, juga harus menguasai medan lapangan dan kemajuan zaman. Da’i dituntut mempunyai kreatifitas tinggi, berani mengambil resiko, serta inovtif terhadap da’wah yang dilakukannya. Hal ini harus dilakukan agar da’i tidak kalah atau bahkan mati langkah menghadapi tantangan yang dihadapi.

 
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
1.      Prof. Dr. H Syahrin Harahap, M.A, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, Yogyakarta; PT. Tiara Wacana Yogya, Cet. 1.

2.      DR. M Abdurrahman, M.A, Dinamika Masyarakat Islam dalam Wawasan Fikih, Bandung: P.T Remaja Rosda Karya, 2006, Cet II.

3.      Drs. H. Ibrahim Lubis, Bc. Hk. Dipl. Ec, Ekonomi Islam suatu pengantar 2, Jakarta; Kalam Mulia, 1995, Cet. 1.



MAJALAH
Majalah Pengusaha Muslim, membangun mental wirausahawan muda, Edisi 6 volume 1, 15 Juni 2010, Hal 39.



WEBSITE
1.      http://www.bps.go.id/download_file/IP_Juli_2010.pdf

2.      http://www.ahlalhdeeth.com/vb//showthread.php?t=125497

3.      http://pkesinteraktif.pkes.org/download/bmt_pkes_secure.pdf

4.      http://jpsu.org/definisi-zis/

5.      http://www.oocities.com/tarjikh/Artikel/kh_didin_hafidudin1.htm

6.      http://www.mumyls.web.id/2009/03/abdullah-gymastiar

7.      http://hasmijaksel.wordpress.com/2010/01/19/sunniyyah-dan-jamaiyyah-dawah/





[1]  http://www.bps.go.id/download_file/IP_Juli_2010.pdf

[2]  http://www.ahlalhdeeth.com/vb//showthread.php?t=125497

[3] Prof. Dr. H Syahrin Harahap, M.A, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, Yogyakarta; PT. Tiara Wacana Yogya, Cet. 1, hal. 85

[4] DR. M Abdurrahman, M.A, Dinamika Masyarakat Islam dalam Wawasan Fikih, Bandung: P.T Remaja Rosda Karya, 2006, Cet II, hal. 95

[5] http://pkesinteraktif.pkes.org/download/bmt_pkes_secure.pdf

[6] DR. M Abdurrahman, M.A, Op Cit, Hal 96.

[7] Drs. H. Ibrahim Lubis, Bc. Hk. Dipl. Ec, Ekonomi Islam suatu pengantar 2, Jakarta; Kalam Mulia, 1995, Cet. 1, Hal. 729.
                                                                   
[8] http://jpsu.org/definisi-zis/
[9] DR. M Abdurrahman, M.A, Op Cit, Hal. 107.
[10] http://www.oocities.com/tarjikh/Artikel/kh_didin_hafidudin1.htm

[11] Majalah Pengusaha Muslim, membangun mental wirausahawan muda, Edisi 6 volume 1, 15 Juni 2010, Hal 39.

[12] http://www.mumyls.web.id/2009/03/abdullah-gymastiar

[13] Majalah Pengusaha Muslim, Op Cit, Hal 40.

[14] http://hasmijaksel.wordpress.com/2010/01/19/sunniyyah-dan-jamaiyyah-dawah/

Minggu, 14 Februari 2010

Benarkah Sholahuddin Al-Ayyubi Pencetus Perayaan Maulid Nabi shalallahu’alaihi wa sallam

Alkisah
Ada sebuah kisah yang cukup masyhur di negeri nusantara ini tentang peristiwa pada saat menjelang Perang Salib. Ketika itu kekuatan kafir menyerang negeri Muslimin dengan segala kekuatan dan peralatan perangnya. Demi melihat kekuatan musuh tersebut, sang raja muslim waktu itu, Sholahuddin al-Ayyubi, ingin mengobarkan semangat jihad kaum muslimin. Maka beliau membuat peringatan maulid nabi. Dan itu adalah peringatan maulid nabi yang pertama kali dimuka bumi.
Begitulah cerita yang berkembang sehingga yang dikenal oleh kaum Muslimin bangsa ini, penggagas perayaan untuk memperingati kelahiran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ini adalah Imam Sholahuddin al Ayyubi. Akan tetapi benarkah cerita ini? Kalau tidak, lalu siapa sebenarnya pencetus peringatan malam maulid nabi? Dan bagaimana alur cerita sebenarnya?
Kedustaan Kisah Ini
Anggapan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi adalah pencetus peringatan malam maulid nabi adalah sebuah kedustaan yang sangat nyata. Tidak ada satu pun kitab sejarah terpercaya –yang secara gamblang dan rinci menceritakan kehidupan Imam Sholahuddin al Ayyubi- menyebutkan bahwa beliau lah yang pertama kali memperingati malam maulid nabi.
Akan tetapi, para ulama ahli sejarah justru menyebutkan kebalikannya, bahwa yang pertama kali memperingati malam maulid nabi adalah para raja dari Daulah Ubaidiyyah, sebuah Negara (yang menganut keyakinan) Bathiniyyah Qoromithoh meskipun mereka menamakan dirinya sebagai Daulah Fathimiyyah.
Merekalah yang dikatakan oleh Imam al Ghozali: “Mereka adalah sebuah kaum yang tampaknya sebagai orang Syiah Rafidhah padahal sebenarnya mereka adalah orang-orang kafir murni.” Hal ini dikatakan oleh al Miqrizi dalam al-Khuthoth: 1/280, al Qolqosyandi dalam Shubhul A’sya: 3/398, as Sandubi dalam Tarikh Ihtifal Bil Maulid hal.69, Muhammad Bukhoit al Muthi’I dalam Ahsanul Kalam hal.44, Ali Fikri dalam Muhadhorot beliau hal.84, Ali Mahfizh dalam al ‘Ibda’ hal.126.
Imam Ahmad bin Ali al Miqrizi berkata: “Para kholifah Fathimiyyah mempunyai banyak perayaan setiap tahunnya. Yaitu perayaan tahun baru, perayaan hari asyuro, perayaan maulid nabi, maulid Ali bin Abi Tholib, maulid Hasan, maulid Husein, maupun maulid Fathimah az Zahro’, dan maulid kholifah. (Juga ada) perayaan awal Rojab, awal Sya’ban, nisfhu Sya’ban, awal Romadhon, pertengahan Romadhon, dan penutup Ramadhon…” [al Mawa’izh:1/490]
Kalau ada yang masih mempertanyakan: bukankah tidak hanya ulama yang menyebutkan bahwa yang pertama kali membuat acara peringatan maulid nabi ini adalah raja yang adil dan berilmu yaitu Raja Mudhoffar penguasa daerah Irbil?
Kami jawab: Ini adalah sebuah pendapat yang salah berdasarkan yang dinukil oleh para ulama tadi. Sisi kesalahan lainnya adalah bahwa Imam Abu Syamah dalam al Ba’its ‘Ala Inkaril Bida’ wal h\Hawadits hal.130 menyebutkan bahwa raja Mudhoffar melakukan itu karena mengikuti Umar bin Muhammad al Mula, orang yang pertama kali melakukannya. Hal ini juga disebutkan oleh Sibt Ibnu Jauzi dalam Mir’atuz Zaman: 8/310. Umar al Mula ini adalah salah seorang pembesar sufi, maka tidaklah mustahil kalau Syaikh Umar al Mula ini mengambilnya dari orang-orang Ubaidiyyah.

Adapun klaim bahwa Raja Mudhoffar sebagai raja yang adil, maka urusan ini kita serahkan kepada Allah akan kebenarannya. Namun, sebagian ahli sejarah yang sezaman dengannya menyebutkan hal yang berbeda.
Yaqut al Hamawi dalam Mu’jamul Buldan 1/138 berkata: “Sifat raja ini banyak kontradiktif, dia sering berbuat zalim, tidak memperhatikan rakyatnya, dan senang mengambil harta mereka dengan cara yang tidak benar.” [lihat al Maurid Fi ‘Amanil Maulid kar.al Fakihani – tahqiq Syaikh Ali- yang tercetak dalam Rosa’il Fi Hukmil Ihtifal Bi Maulid an Nabawi: 1/8]
Alhasil, pengingatan maulid nabi pertama kali dirayakan oleh para raja Ubaidiyyah di Mesir. Dan mereka mulai menguasai Mesir pada tahun 362H. Lalu yang pertama kali merayakannya di Irak adalah Umar Muhammad al Mula oleh Raja Mudhoffar pada abad ketujuh dengan penuh kemewahan.
Para sejarawan banyak menceritakan kejadian itu, diantaranya al Hafizh Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah: 13/137 saat menyebutkan biografi Raja Mudhoffar berkata: “Dia merayakan maulid nabi pada bulan Robi’ul Awal dengan amat mewah. As Sibt berkata: “Sebagian orang yang hadir disana menceritakan bahwa dalam hidangan Raja Mudhoffar disiapkan lima ribu daging panggang, sepuluh ribu daging ayam, seratus ribu gelas susu, dan tiga puluh ribu piring makanan ringan…”
Imam Ibnu Katsir juga berkata: “Perayaan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh agama dan para tokoh sufi. Sang raja pun menjamu mereka, bahkan bagi orang sufi ada acara khusus, yaitu bernyanyi dimulai waktu dzuhur hingga fajar, dan raja pun ikut berjoget bersama mereka.”
Ibnu Kholikan dalam Wafayat A’yan 4/117-118 menceritakan: “Bila tiba awal bulan Shofar, mereka menghiasi kubah-kubah dengan aneka hiasan yang indah dan mewah. Pada setiap kubah ada sekumpulan penyanyi, ahli menunggang kuda, dan pelawak. Pada hari-hari itu manusia libur kerja karena ingin bersenang-senang ditempat tersebut bersama para penyanyi. Dan bila maulid kurang dua hari, raja mengeluarkan unta, sapi, dan kambing yang tak terhitung jumlahnya, dengan diiringi suara terompet dan nyanyian sampai tiba dilapangan.” Dan pada malam mauled, raja mengadakan nyanyian setelah sholat magrib di benteng.”
Setelah penjelasan diatas, maka bagaimana dikatakan bahwa Imam Sholahuddin al Ayyubi adalah penggagas maulid nabi, padahal fakta sejarah menyebutkan bahwa beliau adalah seorang raja yang berupaya menghancurkan Negara Ubaidiyyah. [1]
Siapakah Gerangan Sholahuddin al Ayyubi [2]
Beliau adalah Sultan Agung Sholahuddin Abul Muzhoffar Yusuf bin Amir Najmuddin Ayyub bin Syadzi bin Marwan bin Ya’qub ad Duwini. Beliau lahir di Tkrit pada 532 H karena saat itu bapak beliau, Najmuddin, sedang menjadi gubernur daerah Tikrit.
Beliau belajar kepada para ulama zamannya seperti Abu Thohir as Silafi, al Faqih Ali bin Binti Abu Sa’id, Abu Thohir bin Auf, dan lainnya.
Nuruddin Zanki (raja pada saat itu) memerintah beliau untuk memimpin pasukan perang untuk masuk Mesir yang saat itu di kuasai oleh Daulah Ubaidiyyah sehingga beliau berhasil menghancurkan mereka dan menghapus Negara mereka dari Mesir.
Setelah Raja Nuruddin Zanki wafat, beliau yang menggantikan kedudukannya. Sejak menjadi raja beliau tidak lagi suka dengan kelezatan dunia. Beliau adalah seorang yang punya semangat tinggi dalam jihad fi sabilillah, tidak pernah didengar ada orang yang semisal beliau.
Perang dahsyat yang sangat monumental dalam kehidupan Sholahuddin al Ayyubi adalah Perang Salib melawan kekuatan kafir salibis. Beliau berhasil memporak porandakan kekuatan mereka, terutama ketika perang di daerah Hithin.
Muwaffaq Abdul Lathif berkata: “Saya pernah datang kepada Sholahuddin saat beliau berada di Baitul Maqdis (Palestina, red), ternyata beliau adalah seorang yang sangat dikagumi oleh semua yang memandangnya, dicintai oleh siapapun baik orang dekat maupun jauh. Para panglima dan prajuritnya sangat berlomba-lomba dalam beramal kebaikan. Saat pertama kali aku hadir di majelisnya, ternyata majelis beliau penuh dengan para ulama, beliau banyak mendengarkan nasihat dari mereka.”
Adz Dzahabi berkata: “Keutamaan Sholahuddin sangat banyak, khususnya dalam masalah jihad. Beliau pun seorang yang sangat dermawan dalam hal memberikan harta benda kepada para pasukan perangnya. Beliau mempunyai kecerdasan dan kecermatan dalam berfikir, serta tekad yang kuat.”
Sholahuddin al Ayyubi wafat di Damaskus setelah subuh pada hari Rabu 27 Shofar 589 H. Masa pemerintahan beliau adalah 20 tahun lebih.
________
Footnote:
[1] Untuk lebih lengkapnya tentang sejarah peringatan maulid nabi dan hokum memperingatinya, silahkan dilihat risalah Akhuna al- Ustadz Abu Ubaidah “Polemik Perayaan Maulid Nabi”
[2] Disarikan dari Siyar A’lamin Nubala’: 15/434 no.5301
Sumber: Diketik ulang dari Majalah al Furqon Edisi 09 Thn.XIII, Robi’uts Tsani 1430/April 2009, Hal.57-58 [di salin dari: http://alqiyamah.wordpress.com/]

sumber; http://moslemsunnah.wordpress.com

Minggu, 07 Februari 2010

Memadu Kasih di Hari Valentine

Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day), pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Pada masa kini, hari raya ini berkembang bukan hanya para orang yang memadu kasih, tapi pada sahabat dan teman dekat. Namun mayoritas yang merayakannya adalah orang yang sedang jatuh cinta. Ini pun dianut saat ini dan semakin meluas di kalangan muda-mudi di negeri ini. Ketika hari tersebut ada yang memberikan coklat kepada kekasihnya atau kado spesial lainnya.

Selaku umat Islam, tentu saja kita mesti menilik ulang perayaan tersebut. Ada beberapa tinjauan dalam perayaan tersebut yang bisa dikritisi. Di antaranya adalah tentang memadu kasih lewat pacaran dan hukum merayakan valentine serta memberikan hadiah ketika itu. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kami untuk membahasnya.

Meninjau Fenomena Memadu Kasih Lewat Pacaran

Sebagian orang menyangka bahwa jika seseorang ingin mengenal pasangannya mestilah lewat pacaran. Kami pun merasa aneh kenapa sampai dikatakan bahwa cara seperti ini adalah satu-satunya cara untuk mengenal pasangan. Saudaraku, jika kita telaah, bentuk pacaran pasti tidak lepas dari perkara-perkara berikut ini.

Pertama: Pacaran adalah jalan menuju zina

Yang namanya pacaran adalah jalan menuju zina dan itu nyata. Awalnya mungkin hanya melakukan pembicaraan lewat telepon, sms, atau chating. Namun lambat laut akan janjian kencan. Lalu lama kelamaan pun bisa terjerumus dalam hubungan yang melampaui batas layaknya suami istri. Begitu banyak anak-anak yang duduk di bangku sekolah yang mengalami semacam ini sebagaimana berbagai info yang mungkin pernah kita dengar di berbagai media. Maka benarlah, Allah Ta’ala mewanti-wanti kita agar jangan mendekati zina. Mendekati dengan berbagai jalan saja tidak dibolehkan, apalagi jika sampai berzina. Semoga kita bisa merenungkan ayat yang mulia,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32). Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan, “Allah melarang mendekati zina. Oleh karenanya, sekedar mencium lawan jenis saja otomatis terlarang. Karena segala jalan menuju sesuatu yang haram, maka jalan tersebut juga menjadi haram. Itulah yang dimaksud dengan ayat ini.”[1] Selanjutnya, kami akan tunjukkan beberapa jalan menuju zina yang tidak mungkin lepas dari aktivitas pacaran.

Kedua: Pacaran melanggar perintah Allah untuk menundukkan pandangan

Padahall Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.” (QS. An Nur: 30). Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan mahrom, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya. Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.”[2]

Ketiga: Pacaran seringnya berdua-duaan (berkholwat)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ

“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.”[3] Berdua-duaan (kholwat) yang terlarang di sini tidak mesti dengan berdua-duan di kesepian di satu tempat, namun bisa pula bentuknya lewat pesan singkat (sms), lewat kata-kata mesra via chating dan lainnya. Seperti ini termasuk semi kholwat yang juga terlarang karena bisa pula sebagai jalan menuju sesuatu yang terlarang (yaitu zina).

Keempat: Dalam pacaran, tangan pun ikut berzina

Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.”[4]

Inilah beberapa pelanggaran ketika dua pasangan memadu kasih lewat pacaran. Adakah bentuk pacaran yang selamat dari hal-hal di atas? Lantas dari sini, bagaimanakah mungkin pacaran dikatakan halal? Dan bagaimana mungkin dikatakan ada pacaran islami padahal pelanggaran-pelanggaran di atas pun ditemukan? Jika kita berani mengatakan ada pacaran Islami, maka seharusnya kita berani pula mengatakan ada zina islami, judi islami, arak islami, dan seterusnya.

Menikah, Solusi Terbaik untuk Memadu Kasih

Solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan menikah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

« لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ »

“Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.”[5]

Inilah jalan yang terbaik bagi orang yang mampu menikah. Namun ingat, syaratnya adalah mampu yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai para pemuda[6], barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”[7] Yang dimaksud baa-ah dalam hadits ini boleh jadi jima’ yaitu mampu berhubungan badan. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud baa-ah adalah telah mampu memberi nafkah. Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullahh mengatakan bahwa kedua makna tadi kembali pada makna kemampuan memberi nafkah.[8] Itulah yang lebih tepat.

Inilah solusi terbaik untuk orang yang akan memadu kasih. Bukan malah lewat jalan yang haram dan salah. Ingatlah, bahwa kerinduan pada si dia yang diidam-idamkan adalah penyakit. Obatnya tentu saja bukanlah ditambah dengan penyakit lagi. Obatnya adalah dengan menikah jika mampu. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya obat bagi orang yang saling mencintai adalah dengan menyatunya dua insan tersebut dalam jenjang pernikahan.”[9]

Obat Bagi Yang Dimabuk Cinta

Berikut adalah beberapa obat bagi orang yang dimabuk cinta namun belum sanggup untuk menikah.

Pertama: Berusaha ikhlas dalam beribadah.

Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sungguh, jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”[10]

Kedua: Banyak memohon pada Allah

Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60)

Ketiga: Rajin memenej pandangan

Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah surat An Nur ayat 30 yang telah kami sebutkan sebelumnya. Mujahid mengatakan, “Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah.”[11]

Keempat: Lebih giat menyibukkan diri

Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”[12]

Kelima: Menjauhi musik dan film percintaan

Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air dapat menumbuhkan sayuran.” Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.” Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.”[13]

Kasih Sayang di Hari Valentine

Saling memberi kado, saling memberi coklat dan hadiah, fenomena semacam inilah yang akan kita saksikan pada hari Valentine (14 Februari) dan hari ini pun disebut dengan hari kasih sayang. Jika ini didasari pada memadu kasih dengan pacaran, sudah kami jabarkan kekeliruannya di atas. Jika ini adalah kasih sayang secara umum, maka di antara kerusakan yang dilakukan adalah tasyabuh atau mengikuti budaya orang barat (orang kafir).

Mungkin sebagian kaum muslimin tidak mengetahui bahwa sebenarnya perayaan ini berasal dari budaya barat untuk mengenang pendeta (santo) Valentinus. Paus Gelasius I menetapkan tanggal 14 Februari sebagai hari peringatan santo Valentinus. Kenapa tanggal 14 Februari bisa dihubungkan dengan santo Valentinus? Ada yang menceritakan bahwa sore hari sebelum santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati karena memperjuangkan cinta), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu“. Pada kebanyakan versi menyatakan bahwa 14 Februari dihubungkan dengan kegugurannya sebagai martir.[14]

Dari sini menunjukkan bahwa perayaan Valentine bukan perayaan kaum muslimin, namun termasuk perayaan barat. Perayaan ini pun dimaksudkan untuk mengenang tokoh orang kafir yaitu santo Valentinus. Sehingga kerusakannya yang terlihat jelas adalah tasyabuh (meniru-niru) orang kafir.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[15] Menyerupai orang kafir (tasyabbuh) ini terjadi dalam hal perayaan, penampilan dan kebiasaan yang menjadi ciri khas mereka. Tasyabbuh di sini diharamkan berdasarkan dalil Al Qur’an, As Sunnah dan kesepakatan para ulama (ijma’).[16]

Perayaan ini adalah acara ritual agama lain. Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta, asalnya adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka. Sehingga dari sisi inilah pemberian hadiah valentine menjadi terlarang.

Peringatan dari Komisi Fatwa di Saudi Arabia

Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Tetap Riset Ilmiyyah dan Fatwa, Saudi Arabia) telah menanggapi pertanyaan seputar ‘Idul Hubb (perayaan Hari Valentine). Para ulama yang duduk di sana menjawab, “Perayaan hari Valentine termasuk perayaan yang dikategorikan tasyabuh (meniru-niru) orang kafir dan termasuk salah satu hari besar dari kaum paganis Kristen. Karenanya, diharamkan bagi siapapun dari kaum muslimin, yang dia mengaku beriman kepada Allah dan Hari Akhir, untuk mengambil bagian di dalamnya, termasuk memberi ucapan selamat (kepada seseorang pada saat itu). Sebaliknya, wajib baginya untuk menjauhi perayaan tersebut sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, dan menjaga jarak dirinya dari kemarahan Allah dan hukuman-Nya.

Begitu pula seorang muslim diharamkan untuk membantu dalam perayaan ini, atau perayaan lainya yang terlarang, baik membantu dengan makanan, minuman, jual, beli, produksi, ucapan terima kasih, surat-menyurat, pengumuman, dan lain lain. Semua ini termasuk bentuk tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran, serta termasuk maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah: 2).”[17] Demikian cuplikan dari fatwa Al Lajnah Ad Daimah.

Oleh karenanya, tidaklah pantas jika kaum muslimin ikut serta dalam perayaan ini baik dengan mengucapkan selamat Valentine lewat surat maupun lainnya, memberi hadiah dan coklat, serta mendukung dengan menjual berbagai hadiah untuk perayaan tersebut.

Semoga Allah memberi taufik dan memperbaiki keadaan kaum muslimin.

Diselesaikan berkat nikmat Allah di Panggang-Gunung Kidul, 24 Shofar 1431 H

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id





[1] Fathul Qodir, Asy Syaukani, 4/300, Mawqi’ At Tafaasir.
[2] HR. Muslim no. 5770

[3] HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi (shahih dilihat dari jalur lainnya).

[4] HR. Muslim no. 6925.

[5] HR. Ibnu Majah no. 1847. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani. Lihat Ash Shahihah no. 624.

[6] Yang dimaksud dengan syabab (pemuda) di sini adalah siapa saja yang belum mencapai usia 30 tahun. Inilah pendapat ulama-ulama Syafi’iyah. (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 9/173, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392 H)

[7] HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400.

[8] Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 9/173.

[9] Rodhotul Muhibbin, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 212, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah Beirut, tahun 1412 H.

[10] Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 10/187, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.

[11] Majmu’ Al Fatawa, 15/394.

[12] Al Jawabul Kafi, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, hal. 109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah

[13] Lihat Talbis Iblis, Ibnul Jauzi, hal. 289, Darul Kutub Al ‘Arobi, cetakan pertama, tahun 1405 H.

[14] Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Valentine

[15] HR. Ahmad dan Abu Daud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ (1/269) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269.

[16] Lihat penukilan ijma’ (kesepakatan ulama) yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Iqtidho’ Ash Shirotil Mustaqim, 1/363, Wazarotu Asy Syu-un Al Islamiyah, cetakan ketujuh, tahun 1417 H.

[17] Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts ‘Ilmiyyah wa Ifta’, no. 21203, 2/263-264, Mawqi’ Al Ifta’. Yang menandatangani fatwa tersebut: Syaikh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah Alusy Syaikh selaku ketua; Syaikh ‘Abdullah bin Ghodyan, Syaikh Sholih Al Fauzan dan Syaikh Bark Abu Zaid selaku anggota. Silakan lihat pada link berikut: http://alifta.net/Fatawa/FatawaChapters.aspx?View=Page&PageID=186&PageNo=1&BookID=12

Jumat, 01 Januari 2010

KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH UNTUK MENTAUHIDKAN ALLAH

Oleh: Imam Abu Aisyah

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang bahtera yg berlayar di laut membawa apa yg berguna bagi manusia dan apa yg Allah turunkan dari langit berupa air lalu dgn air itu Dia hidupkan bumi setelah matinya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan dan pengisaran angin dan awan yg dikendalikan di antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yg berakal”. (Al-Baqarah; 164)


A. KEAGUNGAN CIPTAAN ALLAH

Allah maha kuasa atas segala-galanya, Dialah Rabb sekalian alam. Tulisan dibawah ini hanya mengulas sedikit dari tanda-tanda kekuasaan Allah, antara lain tentang:

1. Penciptaan Langit Dan Bumi
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Imraan; 190.

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (Al-Imraan; 190)
Penciptaan langit. Langit adalah ciptaan Allah yang penuh degan keindahan keanehan keluarbiasaan dan misteri tentunya. Seseorang yang suka memperhatikan langit di malam maupun siang hari akan merasakan ketakjuban yg luar biasa terhadap keindahannya. Dan mungkin akan merasakan betapa besarnya kekuasaan Allah. Bahkan kini manusia sudah sampai menembus angkasa mengeksplorasi bulan dan planet lain yg dapat dicapainya. Bahkan seorang atheis (tidak percaya akan adanya tuhan) sekali pun mungkin akan merasakan getaran jiwa bahwa Tuhan itu ada. Karena memang fitrah manusia diciptakan utk percaya akan adanya Tuhan.
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, Al-Anbiya’:32)
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20. Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.
Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.
Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol. Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita.
Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
(Sumber: http://natureinearth.blogspot.com/2009/11/atap-yang-terpelihara.html)
Penciptaan bumi. Bumi kita yg indah ini sangat kaya akan ayat-ayat Allah yg sangat luar biasa. Bahkan sampai era teknologi seperti sekarang ini manusia belum mampu menyibak tabir misteri semua yg ada di muka bumi ini. Gunung-gunung menjulang tinggi lautan dan samudera terbentang luas gurun pasir padang rumput ladang-ladang pertanian dan dataran rendah serta lain-lainnya sangatlah berkesinambungan dan penuh hikmah dalam penciptaannya. Semua itu Allah peruntukkan bagi manusia. Maka pantaskah kita ingkar kepada-Nya?


2. Lautan Membentang Luas
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nahl: 14

Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (An-Nahl: 14)

Laut merupakan ciptaan Allah yang sangat indah. Laut sangat banyak sekali manfaatnya antara lain sebagai sarana transportasi, tempat mencari rizki, dll.
Lihatlah kapal-kapal yg berlayar mengarungi lautan luas. Perhatikanlah bagaimana Allah telah menundukan lautan utk manusia dgn kapal. Ilmu pengetahuan mengungkap bahwa hal ini terjadi krn perbedaan berat jenis air laut dan kapal serta adanya ruang udara yg menyebabkan kapal dapat mengapung. Namun perlu kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan hanya “mengungkap” tapi tidak menciptakan. Bukankah hal ini tetap terjadi walau rahasianya tidak dapat diungkapkan? Perhatikanlah bagaimana besarnya manfaat kapal-kapal mengarungi lautan. Dengannya kebutuhan dan manfaat bagi manusia dapat dipasok dan dipenuhi. Bagaimana ekspor-impor sekarang ini sangat tergantung pada pelayaran kapal-kapal kargo di lautan. Sungguh hal itu hanya semakin mempertegas kekuasaan Allah.


3. Hujan Rahmat Allah
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Ath-Thariq: 11

Artinya: “Demi langit yang mengandung hujan.” (Ath-Thariq: 11)
Raj'i berarti kembali. hujan dinamakan raj'i dalam ayat ini, Karena hujan itu berasal dari uap yang naik dari bumi ke udara, Kemudian turun ke bumi, Kemudian kembali ke atas, dan dari atas kembali ke bumi dan begitulah seterusnya.
Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.
Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.
Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.
Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.
Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.
Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah. (Sumber: http://natureinearth.blogspot.com/2009/11/langit-yang-mengembalikan.html)

4. Air sumber kehidupan
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Al-Furqan: 49

Artinya: Agar kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. (Al-Furqan: 49)
Air adalah material yang paling berlimpah di bumi ini, menutupi sekitar 71 persen dari muka bumi ini. Kehidupan hampir seluruhnya air, 50 sampai 97 persen dari seluruh berat tanaman dan hewan hidup dan sekitar 70 persen dari berat tubuh kita. Kita bisa hidup sebulan tanpa makanan, tapi hanya bisa bertahan beberapa hari saja tanpa air. Air. seperti halnya energi, adalah hal yang esensial bagi pertanian, industri, dan hampir semua kehidupan.
Jumlah air di permukaan bumi ini secara keseluruhan relatif tetap. Air akan selalu ada karena air bersirkulasi tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir mengikuti siklus hidrologi.
Siklus Hidrologi: adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi (sumber: http://www.lablink.or.id/Hidro/air.htm)
Lihatlah apa yg terjadi pada belahan bumi yg tak terkena hujan dalam jangka waktu yg melampaui batasnya ia akan kering kerontang tak berkehidupan. Lalu lihatlah tatkala hujan mengguyurnya ia seakan-akan bangkit dari kematiaannya dgn mulai tumbuhnya berbagai jenis tumbuh-tumbuhan Marilah kita sejenak merenungkannya.
Hewan-hewan yg bertebaran di muka bumi ini sangat banyak dan bervariasi serta penuh dgn tanda-tanda kekuasaan Allah. Semuanya penuh dgn segala manfaat dan hikmah bagi manusia.

5. Hewan Ciptaan Allah
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nur; 45

Artinya: “Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (An-Nur; 45)
Hewan-hewan yg bertebaran di muka bumi ini sangat banyak dan bervariasi serta penuh dgn tanda-tanda kekuasaan Allah. Semuanya penuh dgn segala manfaat dan hikmah bagi manusia.

6. Angin dan Awan
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat Ar-Rum; 48

Artinya: “Allah, dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Ar-Rum: 48)
Angin merupakan unsur penting dalam kehidupan di muka bumi ini. Baik itu kehidupan manusia hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Awan adalah fenomena yg unik dari sebuah proses terjadi dan turunnya hujan. Namun tidak hanya itu manfaat awan bagi manusia. Awan juga dapat melindungi manusia dari teriknya sinar matahari setidaknya utk beberapa saat. Bahkan awan menjadi dominan pada saat musim hujan. Namun dgn demikian keseimbangan cuaca bumi menjadi terjaga dgn sirkulasi musim dan cuaca ini. (Sumber:http://blog.re.or.id/tanda-tanda-kebesaran-allah.htm)

7. Gunung Sebagai Pasak Bumi
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Naba’ : 7

Artinya: Dan gunung-gunung sebagai pasak? (An-naba’:7)
Dalam Al Quran kita temukan kata gunung sebanyak 49 kali. Di antaranya, 22 ayat menyebutkan fungsi gunung sebagai pasak atau tiang pancang. Pasak atau paku besar merupakan benda yang menancap ke dalam. Artinya, kepala pasak yang tampak di luar selalu jauh lebih pendek dibanding panjangnya pasak yang terhunjam.
Ketika agama-agama primitif selama ribuan tahun hanya takjub pada ketinggian gunung, Al-Quran mementahkan kekaguman sesat mereka itu. Ternyata bukan tingginya, tetapi kedalaman akar gunung yang menghunjam sampai 15 kali lipat dari tinggi di atas permukaan bumi, itulah yang lebih dahsyat.
Al-Quran menegaskan bahwa fungsi gunung adalah pasak bumi yang memancang ke bawah tanah dengan kokoh. Itu adalah sebuah konsep tentang gunung yang sangat mutakhir dan baru dikenal. Baru 20 tahun yang lalu para ahli geofisika menemukan bukti bahwa kerak bumi berubah terus. Ketika itu baru ditemukan teori lempeng tektonik (plate tectonics) yang menyebabkan asumsi bahwa gunung mempunyai akar yang berperan menghentikan gerakan horisontal lithosfer.

Artinya: Dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunju.”, (An-Nahl: 15)
(Sumber: http://gumuxranger.web.id/documents/gunung_sebagai_pasak_bumi.html)




B. SEBUAH RENUNGAN
Marilah kita merenung sejenak mentadaburi ayat-ayat Allah yang menerangkan ketundukan alam semesta dalam mentauhidkan Allah, semoga dengan mentadaburi tanda-tanda kebesaran Allah, semakin menambah keyakinan dan keimanan kita kepada-Nya.
1. Bencana Alam karena ulah manusia
Semua ciptaan Allah bisa menjadi nikmat bagi kita, tetapi juga bisa menjadikan bencana. Bencana-bencana alam yang terjadi dimuka bumi juga karena ulah tangan manusia sendiri.

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum; 31)


2. Seluruh alam tunduk, bertasbih dan mantauhidkan Allah
a. Langit, bumi seluruh isinya bertasbih
Artinya: “ Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Al-Isra’; 44)

b. Gunung dan hewan bertasbih pagi petang
Allah ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung itu untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi. Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah.” [QS.Shaad:18-19]

c. Petir bertasbih
Pada waktu musim hujan seringkali kita mendengar suara petir yang menakutkan. Tetapi apakah kita mengetahui bahwa petirpun tunduk mentauhidkan Allah dan bertasbih memuji kebesaran-Nya.?
Allah ta’ala berfirman:
“Dan petir itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang dikehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Rabb yang Maha keras siksa-Nya.” [QS.ar Ra’ad: 13]

d. Batu-batuan Mentauhidkan Allah
Jumlah batu-batuan di atas bumi sangatlah banyak. Sehingga dimanapun kita berada kita selalu menjumpai batu-batuan tersebut. Tetapi tahukah kita bahwa batu-batuan tunduk mentauhidkan Allah dan bertasbih memuji kebesaran-Nya?
Allah ta’ala berfiman:
“Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu lakukan.” [QS.Al- Baqarah:74]

e. Alam Marah jika ada orang yang syirik
Alam semesta selain tunduk mentauhidkan Allah dan bertasbih memuji kebesaran-Nya, mereka juga cemburu dan marah ketika melihat ulah manusia yang melakukan kesyirikan, kekufuran dan kemaksiatan. Maka perhatikanlah kemarahan langit, bumi dan gunung ketika mendengar manusia mengatakan bahwa Allah memiliki anak.
Allah berfirman:

Artinya: “Dan mereka berkata: “Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan suatu perkata yang sangat munkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.” [QS.Maryam:88-90]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Hampir-hampir langit, bumi dan gunung-gunung itu hancur ketika mendengar ucapan para pendosa dari kalangan manusia, sebagai tanda pengagungan kepada Allah, lantaran mereka adalah makhluk yang diciptakan untuk mentauhidkan-Nya. Sesungguhnya tiada Rabb yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya, tiada pula yang semisal dengan-Nya, Dia tidak memiliki anak dan tiada pula memiliki istri, tidak ada yang setara dengan-Nya, tetapi Dia Maha Esa dan segala sesuatu bergantung kepada-Nya.” [Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 9, hal.300]
(Sumber; Majalah adz Dzakiirah Vol.8 No.1 Edisi.55 Th.1430/2009 Hal.7-18. Dipublikasikan http://alqiyamah.wordpress.com )

Allah Maha Besar sedangkan alam semesta dan seisinya kecil bagi-Nya. Allah Maha Perkasa tiada suatupun yang sulit bagi-Nya dan tiada pula suatupun yang dapat melemahkan-Nya. Allah Maha Pencipta, Dia tidak menciptakan alam semesta karena sebuah permainan belaka, tetapi Dia menciptakan alam semesta supaya mereka tunduk menghinakan diri mengagungkan-Nya, sehingga segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi tunduk mentauhidkan-Nya dan bertasbih memuji kebesaran-Nya.

Wallahu A’lam Bish-Showab.


Gunung Bunder, Bogor
Jum’at-Sabtu, 25-26 Desember 2009 M/ 8-9 Muharram 1431 H